Tampilkan postingan dengan label travel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label travel. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 September 2018

Ngapain Jauh - Jauh Ke Afrika, Baluran Dulu Aja

Taman Nasional Baluran
Baluran - Itulah kata iklan dari kawan yang berdomisili di Jember agar kami mengunjungi tempat tinggalnya. Apa itu Baluran?

Kata temenku dengan julukannya Si Mbah, Baluran adalah tempat yang awesome dan pasti belum pernah kami lihat. Si Mbah mendeskripsikan bahwa Baluran adalah tempat yang memiliki padang rumput luas dengan aneka hewan liar yang masih terjaga dan ultimate-nya adalah pantai disana yang sangat elok karena belum banyak terjamah oleh tangan nakal manusia.

Pada era ini omongan belaka tentu memberi kesan melebih - lebih kan atau bahkan bohong jika tanpa disertai bukti seperti foto atau video, mungkin karena kesal oleh sikap saya yang "seakan" tak percaya dengan perkataan Si Mbah. Kemudian Si Mbah mengeluarkan smartphonenya dan langsung membuka aplikasi google yang diisi dengan kata Baluran pada kolom pencariannya. Muncullah pelbagai artikel dan foto yang ada. Hasilnya, terdapat beberapa foto yang amazing, seperti pantai biru yang sangat asri, padang rumput keemasan yang indah, aneka pohon aneh yang belum pernah dilihat, dan lainnya. Bukti tersebut agaknya menggugah rasa penasaran saya untuk mengunjungi tempat eksotis itu.

Akhirnya dengan desakan Si Mbah yang rasanya sangat ingin menunjukan surga dunia ini ke kami, malam itu juga kami membahasnya. Di tempat makan malam biasa, warung penyetan dengan lahan lesehan yang luas, sambal yang sangat "jos gandos", dan yang paling penting adalah bersabat dengan dompet mahasiswa. Setidaknya ada 8 orang yang dinner dan ikut membahas pada malam itu, terjadi berbagai bentrok untuk menentukan jadwal berangkat. Bukan karena adanya tiket atau akomodasi lainnya, namun karena ketidaksetaraan perekonomian yang kami miliki sehingga ada yang harus mengumpulkan uang terlebih dahulu untuk kesana yang pastinya harga tertentu "bisa jadi" murah bagi seseorang dan sebaliknya.

Karena ini adalah idenya Si Mbah, dia juga pula yang memberikan solusi. Semua akomodasi di Jember dan sekitarnya sampai ke Baluran akan ditanggung/dibantu olehnya, kami hanya perlu mengeluarkan biaya transport dari Jogja ke Jember. Edan ga tuh? Semoga kebaikan Si Mbah dibalas lebih oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, Amin...

Oh iya julukan Si Mbah ini lahir bukan karena dia yang paling tua, dia teman seangkatan kami, namun karena kepintaran dan kebijakannya yang selalu membantu teman lainnya, makanya muncul julukan Si Mbah (orang yang mengayomi).

Back to topic, sekedar informasi bahwa jalan - jalan ke Baluran bukanlah liburan yang murah (maklumlah kami masih mahasiswa). Dari berbagai biro perjalanan, untuk bisa menikmati keindahan alam Taman Nasional Baluran diperlukan biaya paling murah sekitar Rp. 750.000 - Rp 850.000, itupun jika jumlah peserta lebih dari 5. Untuk versi bebas alias backpacker sudah banyak di google, versi yang saya ceritakan ini juga termasuk backpacker tapi a litle different, penasaran? Inilah cerita kami!

Perjalanan dari Yogyakarta ke Jember

Otw Jember :)

Sekali lagi terima kasih untuk Si Mbah sehingga pengalaman unik dan indah ini bisa kami rasakan. Sudah disepakati bahwa untuk menuju Taman Nasional Baluran akan melalui jalur Jember sebagai meeting point (rumahnya Si Mbah). Jadi kami memutuskan untuk menggunakan kereta sebagai sarana transportasi dari Jogja ke Jember. Tentu keretanya harus yang paling murah gitu, dan terpilihlah kereta Logawa kasta ekonomi dengan harga tiket Rp. 75.000 per orang (data Agustus 2017).

Main PES On Train? wkwkw

Pukul 07:00 kami berdelapan naik kereta dan siap berangkat dari Stasiun Lempuyangan. Seperti yang ada pada bayangan, kursi ekonomi cukup menyebalkan karena terlalu tegak sehingga kurang nyaman untuk jadi sandaran ke alam lain alias tidur. Yah ada harga ada rupa. Untung saja Hargimin punya celah untuk memecah kebosanan yakni dengan laptopnya yang sudah terisi game PES/ game sepakbola dimainkan di kereta dan membantu mengusir rasa kantuk. Selang beberapa jam, kereta transit di Stasiun Watu Kukul. Di stasiun ini pasukan wani perih bertambah lagi, ada teman yang bernama Sido memang bertempat tinggal di Madiun dan sebelumnya memutuskan untuk ikut kami dari Madiun saja. Sido membawa makanan baru yang belum pernah kami jumpai, namanya adalah Sego Jotos Khas Madiun.

Menunggu kereta reload air, enaknya pose dulu (yang baju item pelawak stand up comedy kondang di Jogja lho)

Beberapa kali kereta melakukan transit di stasiun, bahkan sampai ke Surabaya dengan nama Stasiun Gubeng. Di stasiun ini kereta melakukan pengisian ulang air dan naik/turun penumpang of course. Proses perjalanan kereta dan lika likunya yang memberi berbagai memori untuk kami, akhirnya harus berhenti di Stasiun Tanggu di Jember.

Sampai di Stasiun Tanggul, maaf kualitas foto kurang bagus karena fotografernya beda jalur 
Jam menunjukan pukul 19:00 saat kami tiba di Stasiun Tanggul, Si Mbah (Our Hero) sudah menanti dengan mobil yang khusus disiapkan untuk menjemput kami bersembilan. Tempat Si Mbah ini juga sangat menetramkan, terletak di desa dengan banyak pohon sana - sini yang menyejukan hati. Sesampai di rumahnya, ada yang memutuskan untuk beristirahat dan adapula yang keliling menikmati segarnya udara pedesaan.Pada malam hari ada satu teman yang bimbang akhirnya tiba di Jember menggunakan Bis, sebut saja Lutfan dan ini juga anugrah buat kami karena dia ahli foto alias tukang fotografer yang punya kamera bagus sendiri.

Hari selanjutnya, energi sudah tercover. Tapi kami tidak langsung pergi ke Taman Nasional Baluran, melainkan mengunjungi beberapa destinasi wisata di Jember dahulu. Untuk menyegarkan badan, Si Mbah merekomendasikan supaya kami berenang di Umbul Ponggok. Tempatnya enak, luas sehingga yang senang berenang bisa berekspresi sesuka hati.

Teluk Love Guys!! sayang cuaca tak bersahabat
Menjelang sore, setelah asyik berenang dan badan kembali segar. Untuk menenangkan pikiran, Si Mbah mengajak kami ke Teluk Love. Dari namanya sih kedengarannya bagus, mungkin kalian terlintas bayangan adanya pasir putih dan deburan ombak bersahabat yang membawa air biru nan indah, sehingga sangat cocok untuk menuai kasih sayang ke pasangan, wadaw bahasanya haha... Tapi kenyataannya adalah pantainya berpasir hitam dan kebetulan gelombang sedang tinggi, yang ada malah takut untuk mendekati air. Tapi sunsetnya boleh juga, bisa relaxing pikiran.

Its Time to go to Baluran!!!

Beneran kasihan mobilnya
Next day, semua perbekalan sudah masuk ke mobil Carry. Yah satu mobil Carry untuk 11 orang, dengan komposisi 2 orang di depan, 3 orang di tengah, dan 4 lainnya lesehan/berdimpitan di belakang, gapapa berdesak - desakan yang penting HAPPY!!!

Dengan mobil yang terbebani itu, dibutuhkan kurang lebih 4 jam waktu tempuh perjalanan dari Kota Jember ke Taman Nasional Baluran. Kondisi jalan sudah bagus dengan suasana yang menyenangkan, yakni jalan yang dibuat dekat pantai atau laut sehingga pemandangan luar mobil tampak indah. Pada saat mendekati gerbang masuk Taman Nasional Baluran, banyak dijumpai monyet di pinggiran jalan. Tiket untuk masuk ke Taman Nasional Baluran seharga Rp. 7.000 per orang (data Agustus 2017).

Setelah semua transaksi dan pendataan selesai, kami melanjutkan perjalanan. Sayangnya kondisi jalan setelah melewati gerbang sudah rusak. Aspalnya sudah mengelupas dan batu - batu yang menjadi dasar jalan juga terlihat, pengalaman yang kurang menyenangkan. Namun kekurangan itu sedikit terobati dengan fenomena sepanjang jalan, banyak hewan liar yang beraktivitas seperti merak, ayam hutan, burung endemik, dan monyet. Ditambah pepohonan dipinggir jalan yang menyatu dengan pohon yang bersebrangan dan membentuk seperti lorong hijau dari pohon - pohon rimbun atau lebih dikenal dengan nama Evergreen. Sekitar 12 km jalan jelek ini menjadi satu - satunya pilihan dari gerbang sampai ke padang savana.

Savana di Pos Bekol
Sesampainya di padang savana, memang tak salah berbagai artikel yang memberikan sebutan bahwa Baluran nampak seperti padang savana di Afrika. Sejauh mata memandang, mata kami dimanjakan dengan warna cerah keemasan dari rumput - rumput yang mengering. Memang tampak seperti yang ada pada film dokumenter tentang kehidupan alam liar di Afrika, bedanya disini tidak ada singa, heyna, atau yang lainnya. Sesekali nampak hewan liar seperti banteng, monyet, merak, dan rusa yang sedang berusaha dan menikmati hidup mereka. Sungguh pengalaman yang tiada duanya.

Beberapa menit melintasi padang savana, akhirnya kami sampai di pos pertama Taman Nasional Baluran yakni Pos Bekol. Pos ini juga masih terletak dalam hamparan padang rumput. Di Pos Bekol terdapat penginapan cukup bagus dengan fasilitas yang memadai, penginapan itu dibandrol dengan harga berkisar Rp. 200.000 - Rp. 400.000. Pos Bekol ini menjadi pilihan untuk siapa saja yang tiba terlambat alias kesorean di Taman Nasional Baluran, karena kita tidak diperbolehkan untuk berjalan baik jalan kaki ataupun menggunakan kendaraan pada malam hari. Jadi, otomatis yang tiba kesorean harus stay satu malam dulu di Pos Bekol, dengan adanya penginapan tersebut tentu akan sangat membantu.

Karena kami tiba di Baluran pada siang hari, kami bisa melanjutkan  ke Pos Bama atau Pos 2. Hamparan padang rumput yang kemuning, rusa - rusa berlarian dan sesekali memandang ke kami, langit yang kebiruan, burung merak yang melebur dalam tingginya rumput sehingga memberi warna meriah, dan angin semilir yang masuk melalui jendela mobil yang terbuka. What a moment tak mungkin ada di kota pastinya. Namun semua itu buyar ketika jalan tanah berbatu itu seperti memarahi kami.

Mengawal mobil yang terluka kembali ke Pos Bekol
Kondisi jalan menuju Pos Bama semakin jelek saja, jalannya terbuat dari bebatuan yang tidak tertata seperti kacang pada permen gula kacang. Naas, karena kurang fokusnya pengemudi kami. Ada batu  di tengah jalan yang mengonggok dan menghantam radiator mobil. Kebocoran yang ada pada radiator membuat kami tak bisa meneruskan perjalanan dan tidak bisa pula untuk kembali. Untung saja ada Ranger yang berpatroli dan bersedia membantu kami. Masalah radiator bisa diatasi walau tak sepenuhnya pulih, kemudian ranger menyarankan kami untuk kembali ke Pos Bekol saja. Mobil belum bisa beroprasi sepenuhnya, sehingga hanya driver saja yang menaikinya dan lainnya berjalan didepan mobil sampai ke Pos Bekol sambil masing - masing memegang kayu sebagai alat pertahanan. Ranger - nya menakut - nakuti kami, ia berkata bahwa di Baluran ini masih ada hewan buas sejenis macan, entah pernyataannya benar atau tidak.

Peristiwa tersebut tentu membuyarkan itenerary atau rencana perjalanan yang ada. Tuhan memang maha kuasa, dibalik kesulitan pasti ada hikmah tersendiri. Saat berjalan dan sesekali memandang ke atas, langit terlihat seperti dilukis dengan tingkat seni tiada tara. Bintang - bintang gemerlap terlihat jelas tak ada kabut, pemandangan ini ada bahkan saat sampai di Pos Bekol dan terus ada sampai matahari terbit. Nah, disini kenapa saat ke Baluran harus disiapkan perbekalan yang sesuai dengan porsi kita atau jangan nanggung. Di Pos Bekol tidak ada warung, untung saja bekal makanan kami sangat banyak. Tinggal menggelar tikar, kemudian menata makanan, dan melindungi makanan dari serangan monyet - monyet, maka lahirlah restoran bintang 100. Kenapa bintang 100? karena atap tempat makan kita dihiasi bintang - bintang asli yang jumlahnya sangat banyak.

Walaupun di Pos Bekol sudah ada penginapan, itu diluar opsi kami. Cuaca yang mendukung, kami rebahkan tubuh dimana saja, diatas tikar, di posko, dan di mobil ditemani dengan suara alam (suara rusa, monyet, angin, dan sebagainya). Mungkin karena lelah menghampiri apapun alasnya mata bisa terpejam.


Saat fajar tiba, latar sunrisenya sangat luar biasa walau masih di Pos Bekol.






Mobil yang tidak bisa memberikan peforma maksimal lagi, memaksa kami bersebelas untuk berjalan kaki menuju destinasi selanjutnya yakni Pantai Bama dan Hutan Bakau. Sebenarnya masih ada destinasi lagi dalam rencana yang ingin dikunjungi yaitu Gunung Ijen, katanya Kawah Ijen memiliki api abadi berwarna biru. Awesome banget ga tuh? Tapi apa daya kena musibah.





Dari Pos Bekol menuju Pantai Bama memiliki jarak tempuh yang lumayan jauh, berkisar antara 5 - 7 km dan itu kami harus menempuhnya dengan jalan kaki. Langkah kaki ini serasa tak terbebani karena teman - teman pintar sekali bercanda sehingga menimbulkan tawa yang bisa mengusir rasa penat. Selain itu pemandangan latar Gunung Balur, padang savana, langit biru cerah, dan aneka satwa yang ada memberikan kesan yang luar biasa mendamaikan.

Setelah memakan waktu kurang lebih 30 menit jalan kaki, deruan angin pantai sudah mulai menghembus ke wajah. Pantai Bama ini persis seperti dengan apa yang ada di foto google dan cerita dari Si Mbah. Air birunya begitu jernih, ombak yang bersahabat, pasirnya putih, dan ada pula pohon endemik dikombinasi dengan birunya langit yang cerah, pasti akan membius mata siapa saja yang melihatnya dan menggugah badan agar segera berenang disana.





Oleh karena berenang di Pantai Bama bukan termasuk dalam rencana perjalanan, kami tidak menyiapkan pakai ganti renang. Alhasil kami hanya bisa menikmati karya Tuhan tersebut dengan kedipan mata dan jepretan kamera. Ada spot rekomendasi untuk berfoto di Pantai Bama, yaitu sekitar papan penyambutan, area pohon - pohon endemik, dan ayunan yang tergantung di pohon.

Agak menyesal sih tidak berenang di Pantai Bama. Matahari semakin meninggi, suasana pantai makin panas. Kemudian kami memutuskan untuk pergi ke spot selanjutnya yaitu Dermaga Mangrove.

Dermaga Mangrove adalah kawasan hutan bakau yang dilindungi (termasuk cagar alam). Bagi yang belum pernah melihat langsung rupa dari untaian pohon - pohon bakau, spot ini sangat recomended dan pastinya instagramable buat foto - foto disini. Destinasi wisata ini walau spot atractive - nya hanya terdiri dari hutan bakau, tapi tidak membosankan. Karena perjalanan menuju ke "dermaganya" laksana melewati lorong dari pantai ke laut. Jackpotnya sih view lautan luas di ujung jalan yang terbuat dari beton dan kayu itu.





Dirasa puas telah memanjakan mata dan mengisi memori kamera, kami memutuskan untuk pulang. Pukul 13.30 kami tiba kembali di Pos Bekol, kemudian sedikit membenahi kerusakan mobil. Asal bisa jalan saja sudah senang. Untungnya, mobil tersebut lancar digunakan untuk kembali ke Jember meskipun beberapa kali harus isi ulang air radiator.

Diatas semua kesialan dan kesusahan yang kami alami, serasa tak begitu berat karena adanya kebersamaan selama perjalanan bersama kawan - kawan dan pemandangan alam yang spektakuler turut menghilangkan rasa kesal, letih, penat ini. Overall its worthed to visit Baluran, whatever the path you choose. ☺

Note : cara yang kami tempuh ke Baluran diatas tidak direkomendasikan ya, kecuali kalian ada teman di Jember (ambil yang baik, perbaiki yang buruk) hehe

Artikel ini diikut sertakan dalam lomba blog yang diadakan oleh  automo.id.



Continue reading Ngapain Jauh - Jauh Ke Afrika, Baluran Dulu Aja

Senin, 21 Mei 2018

Merayakan Kemerdekaan Hidup di Puncak Gunung Merbabu

Unforgetable Memories



16 Agustus, semua persiapan sudah lengkap. Kemana kami akan travelling? Pertanyaan tersebut memang menjadi perbincangan seru diantara ke - empat pemuda yang bergairah akan petualangan ini. Bahkan sudah dari bulan sebelumnya, kami tak henti - hentinya membahas perihal "Akan kemana untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia?".

Ada yang mengusulkan untuk bertravelling ke dataran tinggi Dieng, ada pula yang ingin ke pantai Gunung Kidul, namun yang paling menarik adalah usulan dari sebut saja Bondan. Ia mengusulkan supaya kita merayakan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia di atas gunung. Suatu usulan yang menarik, kenapa tak terpikirkan olehku dimana aku juga aktif mendaki.

Usulan dari Bondan yang menarik itu kami sepakati dan ditentukanlah target pendakian adalah Gunung Merbabu di Magelang. Kenapa Merbabu?

Pertama - kami berempat belum pernah mendakinya.

Kedua - saya pribadi sangat penasaran dengan Gunung Merbabu, karena banyak dari senior - senior pendaki gunung di desa saya pasti memiliki stiker Gunung Merbabu dengan caption "Jembatan Setan" dan background stikernya adalah orang melompat antara tebing satu ke yang lainnya. Saya kira sangat keren apabila berhasil merintanginya.

Ketiga - bertravelling atau wisata ekstrim seperti naik gunung dan disaat momen yang teramat istimewa yakni Hari Kemerdekaan RI, pasti akan membuat kenangan unik yang tak akan terlupakan.

Keempat - saya sudah pernah mendaki ke Gunung Sumbing, dan melihat jajaran gunung sekitarnya yang tampak elok ketika saya lihat di spot Watu Kasur, Gunung Sumbing. Terlihat jelas juga Gunung Merbabu dan Merapi terkena cahaya pagi dari ufuk timur yang sulit dijelaskan dengan kata - kata, dan sayangnya foto yang tersimpan di HP, raib bersama HP - nya di Malioboro. :'(

Destinasi pendakian sudah ditentukan, tinggal menunggu hari eksekusinya.

***

16 Agustus pukul 14.00, saya, Ronggo, Agil, dan Bondan sudah siap melaju ke Gunung Merbabu dengan menggunakan dua motor serta tak lupa kaos kebanggan dengan label "Laskar Kretek" sebuah slogan perjuangan Petani Tembakau dalam memperjuangkan hak - haknya. Seperempat jam waktu berlalu, kami sudah tiba di kota Parakan. Kemudian Bondan menghentikan laju motornya dan berkata "seperti ada yang kurang".

Aku terheran rasanya semua sudah komplit plit, makanan, tenda, alat - alat, pokoknya semuanya ada. Dia tersenyum kearah ku dan berkata "nah, kalian lupa beli bendera kan? tak lengkap 17 belasan tanpa ada bendera merah putih".

Memang encer otak nih anak, ide bagus kembali muncul. Akhirnya kami membeli 2 bendera yang kemudian kami sisipkan disamping tas gunung. Berkibarlah bendera merah putih sepanjang perjalanan ke Kopeng (salah satu base camp pendakian Gunung Merbabu).

Pukul 4 sore, kami sudah ada di basecamp pendakian menuju Gunung Merbabu melalui jalur Kopeng. Oh iya, benar - benar tak disangka. Ternyata ramai orang yang memilih merayakan Hari Kemerdekaan dengan mendaki Gunung Merbabu. Sepanjang perjalanan menuju basecamp, saya melihat ramai pendaki, ada yang berjalan dari pusat kota (kira - kira 4 km sampai ke basecamp) dengan jalan yang menanjak, ada yang menyewa mobil pickup milik warga (rezeki banyak nih haha), dan ada yang seperti kami yakni menggunakan motor.

Di basecamp, Masha Allah,, banyak sekali motor sudah terparkir rapi dan rute pendakian yang ramai manusia seperti antrian semut. Kami memang sudah berpengalaman dalam mendaki, jadi kami memutuskan untuk mendaki saat malam saja dan waktu ini lebih baik digunakan untuk istirahat.

Setelah istirahat dirasa cukup dan badan kembali segar, pada kurang lebih jam 8 malam kami memutuskan untuk mendaki. Diawali dengan mengecek semua persiapan, kemudian dilanjut untuk pendaftaran peserta yang pada saat itu saya lihat sudah sekitar 500 an orang menandatanganinya wow. Benar - benar diluar ekspektasi, saya mengira pemuda - pemudi ini akan lebih memilih pantai daripada gunung saat perayaan Hari Kemerdekaan, namun nyatanya tidak. Biaya pendaftaran adalah Rp. 10.000, untuk penjaminan keselamatan jika hal yang tidak diinginkan terjadi (biaya rescue), selain itu kami dikasih kantong plastik besar untuk dijadikan tempat sampah yang harus dibawa lagi saat turun gunung.

Seperti yang sudah saya ceritakan kenapa ingin mendaki ke Merbabu yakni karena pamornya sebagai Jembatan Setan, dengan kata itu bayanganku adalah medan yang sulit. Namun langkah demi langkah medan pendakiannya bisa saya katakan sangat mudah, banyak bonus dengan jalur datarnya. Sedikit kecewa saya rasakan, termasuk teman ngobrolku "Ronggo" yang juga kecewa dengan mudahnya jalur pendakian.

Tapi kekecewaan seakan sirna setelah sampai di Post 2 (tempat berkemah), puluhan warna - warni tenda sudah kokoh dibuat, banyak api unggun juga telah menyala, dihiasi latar malam cerah dengan ribuan bintang terang. Ada yang memasak, ada yang sibuk bangun tenda, ada yang mengabadikan momen tersebut dengan kamera. Bondan yang telah jauh meninggalkanku, Agil, dan Ronggo, ternyata sudah duduk didepan api unggun sambil merokok, dan tempat itulah yang akhirnya kami jadikan untuk mendirikan tenda.

Setelah makan dan menghabiskan beberapa camilan sambil bergurau dengan pendaki dari daerah lain yang kebetulan numpang menghangatkan badan di api unggun kami. Kami memutuskan untuk cepat - cepat tidur, supaya shubuh bisa bangun dan menikmati suasana sunrise yang menjadi keinginan pendaki manapun.

***

Shubuh kami terbangun, lekas merapikan perlatan dan mematikan api. Langsung kami bergegas ke Pos 3 yang katanya "spot terbaik untuk berfoto ria menikmati sunrise". Ada tower pemancar sinyal kokoh seperti patung Christ Redentor di Rio de Janeiro, kemungkinan bakal menjadi tempat apik untuk diterpa cahaya pagi.

Setapak demi setapak, akhirnya kami tiba di jalur pilihan, antara ke tower atau lanjut ke atas. Disini Bondan otaknya sudah tidak lagi encer, mungkin karena dinginnya malam, otaknya menjadi beku haha. Dia merasa bahwa waktu masih cukup untuk ke atas dan bisa mengambil foto yang amazing di tempat yang tinggi itu (seperti bukit).

Memang betul kita sampai di bukit nan tinggi itu sebelum matahari terbi, namun ternyata ada bukit yang lebih tinggi (yang kami kira) menutupi cahay ke tempat kami. Disaat orang - orang sudah tertawa ria menuai kehangatan dari terpaan cahaya matahari pagi dan berfoto ria, kami masih menunggu agar matahari bisa melewati ketinggian latar bukit gelap yang menghalangi, jadi kelewatan deh cahaya oranye-nya.

Berikut hasilnya :
Masih dapatlah oranye - oranyenya dikit wkwk


Demi Merah Putih
Kepada Sangsaka Merah Putih, Hormat!
Apalah ini :D
Tidak jelek - jelek amatlah walau gambarnya diambil menggunakan kamera handphone dan "salah spot" wkwk. Walaupun tempat tersebut adalah spot yang not recomended bagi pendaki yang ingin mengabadikan momen sunrise. Toh, banyak juga orang disitu selain kami hahaha.

Mereka - mereka yang juga salah spot hihi
Tapi tak apalah, lagian foto - fotonya ga jelek. Tak lama berselang, kabut menyerang sehingga mengganggu kebahagiaan kami mengabadikan foto, seketika itu jua kami putuskan untuk lanjut. 

Masih ada satu tanjakan yang harus dirintangi agar kami sampai di puncak.

Rintangan terakhir sebelum tiba di puncak
Beberapa waktu berlalu, akhirnya kami memantapkan langkah kaki di puncak Gunung Merbabu. Subhanallah, pemandangan yang indah, hantaran padang rumput di jalur Selo yang berkelak kelok nampak apik dipandang, untung saja cuaca sangat cerah.

Terlihat jalur pendakian Selo yang berkelak - kelok
Momen paling istimewa saat di puncak adalah banyaknya manusia yang merayakan Hari Kemerdekaan, bahkan ada spot untuk upacara bersama di area yang tak begitu luas. Ini merupakan pengalaman pertama kalinya dalam hidup, "Upacara Agustusan di Puncak Gunung Merbabu". Saya sangat berterima kasih kepada Bondan atas idenya, kalo bukan karena dia mungkin hal langka seperti ini tidak akan saya jumpai, terlebih akhir - akhir ini saya tidak aktif mendaki karena sibuknya urusan.

Untuk menuju area atau lapangan upacara tersebut, ternyata kami harus melewati "Jembatan Setan". Ternyata apa yang aku kecewakan tak ada, malah ada dan diluar sangkaanku. Memang tidak seekstrim seperti di stiker - stiker, tapi sangat menantang karen bila tergelincir ya Wassallam.

Maaf foto jalan setapak yang hanya bisa dilewati dengan jalan miring ala kepiting dan badan menghadap dinding batu juga raib bersama HP saya di Malioboro hiks hiks. Kenapa harus jalan miring? Karena jalan setapak tersebut memang sempit, terlebih ada tas gunung dibelakang pundakku, tidak bisa jalan normal. Itupun harus senantiasa waspada dengan menggenggam erat batu - batu saat berjalan.

Memang tak salah jika dinamakan Jembatan Setan, sangat saya rekomendasikan bagi kamu yang doyan extremee travelling. 

Dan inilah yang kami dapat setelah melewati Jembatan Setan :




Foto - foto diatas adalah suasana seteah upacara, dan harus cepat - cepat membereskan karena lahan yang sempit jadi bergantian. Kami lupa memfoto suasana pada saat upacara, tapi kenangan itu tak akan pudar dari otakku.

Matahari semakin menjulang dan panas teriknya semakin terasa. Saat itu juga kami telah puas menikmati karunia Tuhan di Bumi Pertiwi ini. Eittsssss sebelum turun cekrek dulu.

oleh - oleh puncak Merbabu 
Oh iya, otak Bondan masih juga beku wkwk. Sesampai di basecamp dia menyarankan agar istirahat dan makan, tak ada yang salah dengan Ishoma tersebut. Tapi, durasinya tidak lama hehe. Begini Ishoma versi Bondan, mandi, sholat, makan, istirahat sejenak, kemudian tancap gas pulang. Padahal, karena makan dan lelah turun gunung, membuat efek kantuk menyerang. Alangkah baiknya jika pada sat itu kami tidur setidaknya 1 - 2 jam dulu baru pulang.

Alhasil, rasa kantuk menyerang saat berkendara. Teman yang bonceng atau Si Ronggo sudah seperti tanaman diterpa angin, mengangguk - angguk karena ngantuk. Sampai di pusat kota Magelang, rasa kantuk nan berat itu benar - benar menyerangku. Kami berdua tidak sadar dalam sekejap, untung saja ada truk dengan klakson super keras mengagetkan kami berdua. Seketika kantuk hilang bahkan sampai rumah. Alhamdulillah masih selamat, tapi benar - benar keputusan yang salah.

Keindahan wisata alam negeri Indonesia tercinta ini memang tak ada habisnya bila dijelajahi baik yang sudah terkenal maupun belum. Masing - masing menyimpan sesuatu yang berharga dan unik atau beda dari yang lainnya. Anugerah Tuhan tersebut sepatutnya dijaga dan dirawat dengan penuh kesadaran, supaya wisata alam Indonesia semakin dikenal. Satu hal lagi, selalu jaga kondisi dan perhatikan hal - hal kecil seperti istirahat yang cukup sehingga tidak ada pengalaman menakutkan seperti saya diatas.

Sekian pengalaman tak terlupakan saar Merayakan Hidup Dalam Upacara Hari Kemerdekaan Indonesia di Gunung Merbabu. Semoga wisata alam Indonesia selalu terjaga dan tambah baik lagi. Untuk pingin tahu lebih banyak kisah dan tips hobi pria, silahkan kunjungi di Inpirasi Hobi Pria dari iStyle yang dijamin lebih seru dan lebih lengkap.

Tentu dan semoga petualangan mendaki gunung di Merbabu tersebut bukanlah yang terakhir, ada rencana untuk menjelajah alam lainnya di bumi pertiwi ini. Mungkin Gunung Slamet atau Gunung Semeru (semoga), dan untuk menunjang kegiatan pendakian itu, saya kesengsem dengan Tas Gunung Eiger Pria dan Sanda Piero Pico yang saya lihat di iLOTTE.com, berikut penampakannya :



SALAM LESTARI!!!
Continue reading Merayakan Kemerdekaan Hidup di Puncak Gunung Merbabu

Senin, 08 Januari 2018

Keindahan dan Keseruan Dari Taman Air Percut

Membahas pesona Indonesia tidak akan ada habisnya, kita patut bersyukur dengan nikmat Tuhan yang dicurahkan di negeri tercinta ini. Ada begitu banyak wisata alam di Indonesia, puluhan? atau mungkin ada ratusan tempat wisata yang pastinya indah. Ada yang sudah lama dikelola dan terkenal, ada pula yang baru dan tak kalah indah juga.

Nah, berbicara tempat wisata alam terutama yang baru. Kalau mendengar Sumatra Utara pasti kalian tidak asing dengan tempat wisata Danau Toba, tapi bukan itu yang saya bahas kali ini. Di Sumatra Utara ada yang namanya "Taman Air Percut", kebanyakan sih belum pernah mendengarnya. Taman Air Percut tergolong wisata alam  baru di Sumatra Utara dan diresmikan untuk konsumsi publik pada tanggal 19 Agustus 2017. Taman Air Percut sendiri berlokasi di Jalan Paluh Gelombang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, dengan akses jalan yang mudah. Sekitar kurang lebih 1 jam perjalanan dari Medan.

Taman Air Percut adalah tempat wisata yang cocok sebagai sarana rekreasi keluarga dan juga tempat edukatif. Selain menikmati suasana alam yang indah nan asri, ada macam wahana hiburan dan fasilitas pendukung yang pastinya akan menambah keseruan saat berkunjung kesana. Berikut adalah berbagai keseruan yang bisa kamu dapat saat berkunjung ke Taman Air Percut :

Taman Satwa


Dengan moto wisata edukatif, Taman Air Percut menyediakan taman satwa yang berisi berbagai hewan, seperti merak, rusa, dan lainnya. Nah, ini sangat cocok untuk dikenalkan kepada anak - anak agar wawasan mereka berkembang. Selain itu, bukankah anak - anak suka binatang? 

Wahana Hiburan

Bertujuan untuk menghilangkan kepenatan dari kesibukan sehari - hari, khususnya bagi warga Sumatra Utara dan sekitar. Taman Air Percut adalah pilihan bagi mereka yang membutuhkan hiburan dengan kelebihan tambahan konsep alami pemandangan air. Ada berbagai wahana hiburan yang ditawarkan dengan konsep hiburan keluarga, yakni : "Berjalan diatas air" dengan menggunakan bola gelembung, mengendarai Perahu Bebek, area memancing, dan juga taman kanak - kanak. Jadi, dari anak kecil sampai orang tua, semua diperhatikan oleh pihak pengelola agar terhibur dan tidak bosan.





Pemandangan Menarik Untuk Berfoto

Tak lengkap bila liburan tanpa berfoto, setuju? Tempat wisata alam ini memang tergolong baru, namun bukan berarti tidak ada hal yang menarik. Di Taman Air Percut sendiri kamu dapat menemukan berbagai spot menarik untuk diabadikan dalam foto, seperti : rumah unik, miniatur danau toba (pemandangan utama), dan juga aneka statue  yang bisa menjadi background keren saat berfoto, contohnya bisa dilihat dibawah ini.




Dengan tiket yang berharga hanya Rp. 10.000 per orang kita bisa menikmati pemandangan alam yang asri nan indah, dan juga aneka keseruan yang bisa didapatkan dari wahana hiburan dan berbagai fasilitas penunjang seperti foodcourt dan guest house. Oh iya, dengan 10 ribu rupiah itu kita juga mendapatkan minuman ringan dan biaya parkir secara cuma - cuma (gratis). Informasi terbaru bahwa ada area outbond dan kolam renang yang masih dalam tahap pembangunan.

Nah, bagi kalian warga Sumatra Utara dan sekitarnya atau traveller yang sedang singgah di daerah Sumatra Utara bisa di coba wisata murah meriah ini. Saya sendiri suka dengan tempat semacam ini, terutama bila bersama keluarga akan banyak kenangan manis yang sanagt berharga. Untuk informasi lebih lengkap silahkan kunjungi tamanair.id. Maju terus pariwisata Indonesia dan selalu bermanfaat, Taman Air Percut, wisata alam asri nan indah juga edukatif. 

All images credits goes to @tamanairpercut
Continue reading Keindahan dan Keseruan Dari Taman Air Percut

Rabu, 20 Desember 2017

Berwisata ke Magelang

Hi hi pembaca, apa kabar?

Semoga baik - baik saja ya. Mungkin banyak dari kalian, saat ini sedang dalam waktu liburan, pelajar sekolah, mahasiswa, guru dan sebentar lagi para pekerja kantoran juga akan mendapatkan hari libur natal dan tahun baru.

Apa yang sudah dan akan kalian lakukan pada masa libur kali ini?

Kalo saya dalam mengisi waktu liburan (walaupun bulan ini saya ga ada libur... heg heg kasihan ya), tapi gapapa "life happens" suka duka kehidupan, biasanya kalo libur panjang saya pulang kampung melakukan hal yang tidak mungkin saya lakukan di kota.

Apa itu?

Berkumpul bersama keluarga di desa/kampung terlebih kalo masa panen tiba, bisa ramai - ramai panen sayuran dan itu momen yang sangat tak terlupakan. Oh iya, by the way alias ngomong - omong saya ini dari desa, tepatnya desa Kwadungan Wonotirto, kabupaten Temanggung. Memang desa saya ini pelosok letaknya 7 km dari puncak Gunung Sumbing, hmm iya saya adalah orang gunung.

Dalam liburan di desa, tidak cukup hanya berdiam di rumah atau membantu orang tua bertani akan tetapi bila ada rezeki lebih, biasanya saya akan travelling ke tempat wisata di daerah terdekat. Saya hobi hiking atau mendaki gunung, nah banyak juga teman - teman di desa yang se - hobi dengan saya dan ini juga merupakan agenda bila saya liburan di desa, dan apabila memungkinkan (ada rezeki dan waktu) keluarga besar di desa, bareng - bareng liburan ke tempat wisata (termasuk momen berharga dan jarang saya nikmati).

Berbicara tentang tempat wisata, kemana biasanya saya, teman - teman dan keluarga kunjungi?

Sudah saya singgung bahwa saya biasanya berwisata ke daerah terdekat yakni di Temanggung, sebelum saya cerita lebih lanjut, pasti akan ada pertanyaan bahwa tidak bosan berlibur di daerah sendiri? Jawabannya iya dan tidak, iya karena tempat wisata tersebut tidak ada peningkatan pelyanan dan fasilitas terlebih apabila kualitasnya semakin menurun, dan tidak karena saya seorang perantauan yang rindu kampung halaman dan tempat wisata daerah asal yang sudah memberi banyak kenangan, apalagi kalau tempat wisatanya selalu dikembangkan setiap tahun, pasti saya akan penasaran untuk mengunjunginya.

Tidak cukup di Temanggung atau karena sudah bosan, saya juga berwisata ke daerah lain seperti Wonosobo, Banjarnegara, Semarang, Purbalingga, Magelang, Yogyakarta, dan Solo. Daerah - daerah yang saya sebutkan tersebut adalah daerah sekitar Temanggung yang memiliki tempat wisata yang unik dan khas menimbulkan berbagai momen dan kesan tersendiri.

Khusus di tulisan kali ini, saya akan membahas berbagai tempat wisata di Magelang. Karena Magelang menjadi tujuan wisata tahunan keluarga dari semenjak saya kevcil yang memberi banyak momen indah dan juga sangat dekat dengan Temanggung. Berikut adalah daftar wisata di Magelang yang saya ketahui dan pernah saya kunjungi, saya kelompok-kan menjadi tiga kategori yakni kategori alam, kategori sejarah, dan kategori taman hiburan.

1. Tempat wisata kategori alam di Magelang

Ketep Pass


Ketep Pass adalah objek wisata alam yang menawarkan pemandangan indah dari nuansa gunung, dengan latar pemandangan Gunung Merapi yang akan memnajakan mata, selain itu juga sangat bagus sebagai tempat foto. Berlokasi di puncak bukit Sawangan yang berada di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, Ketep Pass berada di ketinggian 1200 meter dpl dan dengan luas area sekitar kurang lebih 8000 meter persegi, Ketep Pass ini berjarak sekitar 30 Km dari kota Magelang, bisa diakses dengan mudah menggunakan kendaraan umum ataupun pribadi, menurut pengalaman saya pribadi yang perlu diperhatikan adalah kemampuan kendaraan masing - masing karena ada jalan menanjak yang membuat motor matic teman saya tidak kuat jalan saat berboncengan di jalan tersebut.

Selain menikmati pemandangan, di depan gerbang Ketep Pass juga ada warung - warung yang bisa jadi tempat asyik untuk nongkrong minum kopi hangat karena memang tempatnya agak dingin.

Gunung Merbabu

Ilustrasi jejakmatabackpacker.com

Yah, objek wisata ini mungkin bagi kebanyakan orang tidak akan dilirik apalagi yang sudah tua hehe. Tapi menurut pengalaman saya yang sudah mendakinya, Gunung Merbabu adalah wajib, terutama pada momen tertentu seperti hari kemerdekaan bangsa Indonesia yakni 17 agustus (agustusan) dimana banyak orang mendaki dan itu adalah sebuah momen yang sangat jarang terjadi saat mendaki. Suasana hangat di dinginnya hawa gunung dan bertemu orang - orang baru.

Selain itu, medan pendakian sangatlah mudah dengan banyak jalur landai (jalur bonus) yang meringankan perjalanan, jadi sangat cocok bagi pemula dan yang hobi fotografi. Di puncak kita akan disajikan pemandangan indah antara banyak jalur pendakian yang memiliki karakteristik medan berbeda, dan tersaji jelas ketika kita di puncak. Adapun jalurnya masing - masing adalah Jalur Kopeng Thekelan, Jalur Kopeng Cunthel, Jalur Wekas, Jalur Selo, dan Jalur Suwanting.

Gunung Merapi


Pasti semua sudah tahu dengan gunung yang satu ini, yap gunung yang masih aktif ini telah menjadi tragedi bagi masyarakat yang tinggal di kawasang lereng Gunung Merapi. Akan tetapi dibalik musibah pasti ada hikmah, pasalnya dikarenakan letusan yang terbilang baru terjadi membuat gunung ini unik menurut saya pribadi. Karena di kawasan puncak merapi tepatnya sering dipanggil dengan kawasan "pasar setan" yang konon dinamakan dengan nama yang horor tersebut berawal dari letusan dahulu yang merenggut nyawa pendaki yang sedang berkemah di kawasan itu.

Tak perlu risau tak perlu takut, tempatnya tidak horor seperti namanya, disana ada banyak batu - batu vulkanik dan padang pasir vulkanik yang merupakan pemandangan unik dan lain daripada gunung - gunung lainnya. Seperti menandakan bahwa batu - batu tersebut adalah kuburan sebagai pengingat kita yang melihat agar tersadar bahwa kematian datang tak pandang usia dan tempat.

Sekali lagi, kalo kamu pendaki belum lengkap petualanganmu bila belum mendaki merapi, terlebih apabila diijinkan sampai ke puncak bakal lengkap tulisan jurnalmu hehe. Kalian bisa mendaki lewat jalur kaliurang yang populer dan atau jalur selo, atau memilih jalur alternatif lewat Sawangan, Kabupaten Magelang, yang masing - masing memiliki suasana dan pemandangan yang berbeda.

Puncak Suroloyo


Pastinya di puncak yang kamu dapatkan adalah sejuknya udara dan pemandangan hijau nan indah. Namun, ada satu keistimewaan di Puncak Suroloyo ini. Kita serasa di atas pesawat terbang melihat kebawah indahnya jejeran guung Sumbing, Sindoro, Merapi dan Merbabu yang sangat elok untuk dilihat, mahakarya dari yang maha kuasa.

Untuk momen terbaik sangat disarankan pas cuaca cerah dan pada waktu sore hari (sunset) atau pagi hari (sunrise), karena apa? Karena perpaduan warna cahaya dan alam juga adanya candi Borobudur yang bisa dilihat akan membuat kamu speechless (diam tak berkata). Yep, candi Borobudur yang ikonik dan melegenda tersebut adalah keistimewaan pemandangan yang tak ada di tempat lain. Nah, untuk mencapai ke tempat wisata ini bisa melalui perjalanan dari Yogyakarta langsung ke Suroloyo melalui Kulon Progo atau lewat Magelang ke jalan Wates kemudian ke Suroloyo dan atau melalui paket wisata Candi Borobudur dengan melakukan perjalanan kaki, katanya pemandangan lewat jalur setapak ini jauh lebih indah.

Puncak ini ramai pada tanggal 1 suro karena ada hal yang berbau mistis, dengan adanya upacara jamasan pusaka dari Keraton Yogyakarta.

2. Kategori Taman Hiburan


Taman Kiyai Langgeng



Maaf cerita sedikit, taman hiburan ini memberikan banyak sekali kenangan kepada saya di waktu masa kanak - kanak. Setahun sekali, kakek - nenek dan pakdhe saya mengajak liburan ke taman ini. Apa kesan yang saya dapat? Taman tersebut adalah taman impian anak - anak yang tidak semua dapat bisa mencoba bermain disana, ada kolam renang terbaik yang pernah saya lihat dengan patung naga yang keren, berbagai patung imajasi, taman satwa, dan berbagai wahana yang menghibur, itu sekilas kesan yang saya dapat dari kunjungan ke Taman Kiyai Langgeng pada masa kecil saya dulu.

Sekarang?

Pasti berkembang, bahkan paman saya sewaktu liburan sekolah tahun kemaren mengajak anak - anaknya pergi ke Taman Kiyai Langgeng berkomentar dengan nada puas "ini mungkin miniatur Dufan Ancol ya lan". Memang benar, ada wahana - wahana baru seperti roler coster dan tempat hiburan baru seperti bioskop 6D, dapat dimasuki dengan harga tiket yang relatif murah sekitar 25 ribu rupiah dan gratis untuk anak dibawah 3 tahun. Jadi patut menjadikan Taman Kiyai Langgeng sebagi pilihan berlibur bersama keluarga.

Pecinan Magelang

ilustrasi phinemo.com
Kalian sudah pasti tahu tentang pecinan, yep kawasan atau area dengan budaya cina yang identik dan membaur dengan budaya lokal membuat suasana tempat itu berbeda dari sekitarnya. Terutama soal kuliner, makanan cina identik dengan makanan yang kaya bumbu dan kaya rasa dan saya pikir cocok juga bagi lidah orang indocina seperti kita ini.

Apa yang unik? sebenarnya sama saja dengan pecinan yang ada di daerah lainnya, akan tetapi banyak daerah juga yang tidak mempunyai lokasi unik seperti ini. Kamu tidak akan menjumpai kawasan pecinan di Yogyakarta, Aceh, atau daerah lainnya. Nah, mungkin apabila kamu berkunjung ke kota Magelang sempatkanlah jalan - jalan kuliner di kawasan ini, letaknya dekat dengan alun - alun kota Magelang, oh iya jangan lupa menawar ya bila belanja di kawasan ini.

Alun - Alun Magelang

ilustrasi isroiphotography.wordpress.com
Sebagai publik area atau juga tempat istirahat, alun - alun Magelang dikelola dengan sangat apik dan merupakan wajah atau ikon kota Magelang sebagai kotang yang bersih dan tertata. Ada berbagai stand tempat jualan makanan, yang paling saya suka adalah stand wedang ronde dan kupat tahu, saya tidak melewatkannya apabila mudik. Tidak hanya itu, perkembangan selalu dilakukan dan melahirkan berbagai landmark atau ciri khas di alun - alu seperti patung Diponegoro, menara air dari zaman belanda, dan lainnya. Tidak norak kok berkunjung ke alun - alun, apalagi alun - alunnya cantik dan bersih.

Armada Town Square

ilustrasi magelangonline.com
Armada Town Square atau lebih dikenal dengan Artos Mall adalah pusat perbelanjaan terbesar di Magelang dan kawasan sekitar. Kamu tahu lah seperti apa mall itu, jadi tak perlu dijelaskan lagi ya hehe. Menjadikan mall sebagai tempat liburan juga ga salah, ada berbagai fasilitas hiburan seperti bioskop dan taman bermain, terlebih buat kamu - kamu yang ingin shoping sehabis berwisata di Magelang, cocok lah ni tempat.

3. Kategori Wisata Sejarah


Candi Borobudur

 

Candi Borobudur, tak akan habis apabila membahas tentang bangunan spektakuler satu ini. Begitu megahnya, begitu artistiknya, begitu luar biasanya wujud dari kejayaan dan kepintaran para pendahulu. Bahkan dunia mengakuinya sebagai keajaiban dunia, walau sekarang nama "7 keajaiban dunia" itu sudah dicabut. Akan tetapi tetap saja suatu keindahan bernilai seni tinggi tak akan sirna oleh zaman.

Saya bisa katakan bagi kalian yang belum pernah mengunjungi Candi ini, malah justru liburan ke Tokyo, alangkah ruginya. Saat ke candi ini dan melihat secara langsung, saya dapat pelajaran bahwa bangsa ini merupakan bangsa yang kuat dan besar, terbukti telah membuat suatu bukti konkret berwujud bangunan super megah yang tidak hanya megah, akan tetapi ada unsur artistik dan religi yang mengikat kuat. Jangan sampai lagi kita melupakan sejarah, terlalu banyak keringat dan darah para pendahulu membangun peradaban bangsa ini. Apapun bentuknya, Candi Borobudur adalah mahakarya, sebuah keajaiban yang perlu dirawat dan dijaga.

Spesifikasi Candi Borobudur :

Terdiri dari enam ruas berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, dindingnya dihiasi dengan 2672 panel relief adan ada 503 arca. Ada stupa besar sebagai stupa utama yang terletak ditengah dengan 72 stupa lain yang mengelilinginya.

Ada berbagai hal menarik di taman wisata ini yang akan menambah wawasan kamu, terkadang ada juga pentas seni sebagai suguhan bagi pengunjung. Berbagai fasilitas tambahan seperti kereta motor atau naik gajah bisa anda rasakan. Sekedar tips, ingin merasakan momen lebih dan tak terlupakan di Borobudur? usahakan datang pas perayaan waisak, karena ada ribuan lampion yang dilepaskan sebagai acara puncak waisak di Borobudur.

Museum Karmawibhangga


Museum ini berada di kompleks taman wisata Candi Borobudur, jadi sambil menyelam minum air, eh sambil berwisata sambil belajar. Apa yang ada di Museum Karmawibhangga adalah artefak - artefak dari candi Borobudur. Tempatnya sejuk enak, dirawat dengan baik dan cukup canggih dalam menyajikan informasi sejarah terhadap artefak - artefak tersebut.

Saya rasa, sekian tempat - tempat wisata di Magelang yang pernah saya kunjungi dan sudah memberikan joyness atau kebahagiaan dalam pengalaman hidup saya. Sangat terbantu memang, sebagai warga Temanggung, wisata - wisata yang ada di Magelang sangatlah lengkap dan juga dekat hehe. Namun, saya terkejut setelah mencari informasi, ternyata ada banyak sekali tempat wisata yang tidak saya ketahui atau belum pernah saya kunjungi seperti Taman Sabda Air Kalibening, Air terjun Kedung Kayangan, Gereja Ayam, dan masih banyak lagi.

Mungkin next time lah ya, kalo ada kesempatan (waktu dan uang) haha. Tak usah bingung mau liburan kemana, coba aja datang ke Magelang dan dapatkan momenmu. Semoga bermanfaat, selamat berlibur.....
Continue reading Berwisata ke Magelang