Minggu, 29 April 2018

Mereka Maju Karena Menanggapi Kritikan Dengan Bijak

Melalang buana dalam mencoba berbagai game, baik itu online atau kah offline, berbayar maupun gratis. Ada pengalaman menarik yang telah didapat. Tak hanya kepuasan dan terhibur setelah memainkannya, namun juga adanya aspek sosial yang mengikat disana.

Yang pertama, adalah hubungan sosial antara pemain. Untung saja dengan kemudahan teknologi saat ini, para pemain sudah tidak lagi tertipu karena membeli game yang super mahal dan ternyata game sampah. Saat ini, dapat dengan mudah melihat review dari para Game Tester, tentang apakah game tersebut layak atau tidak, yang bisa dilihat di media sosial atau forum - forum. Diskusi para pemain game offline ini menarik karena tak ada batasan kata - kata atau sumpah serapah yang mereka ujarkan, wajar jika pembeli marah jika tak sesuai apa yang ditawarkan.

Apa yang ditawarkan?


Terutama game offline, saat ini para pengembang menonjolkan sisi desain dan artistik yang sangat tinggi. Trailer atau cuplikan gampeplay tersebut bisa membius bagi siapa saja yang memandangnya.

Tapi nyatanya?


Game setelah dirilis, segi cerita yang tidak menarik dan membosankan sehingga menurunkan gairah pemain untuk menjelajah lebih jauh. Repetitif, atau tantangan yang itu - itu saja. Bahkan banyak juga Bug. Contoh game offline : Farcry Primal.

Farcry Primal mencoba membuat sentuhan baru dengan dunia purbakalanya (artistik dan dengan desain grafis kekinian). Akan tetapi, harapan kami sebagai gamer dan dengan kata Farcry adalah sebuah kekacauan yang gila, akan tetapi Primal hanya menonjolkan sebuah fantasi yang membosankan sehingga keunggulan artistik dan high grapic serasa useless.

Untuk game online, biasanya pengembang akan memberi kesempatan kepada pemain untuk mencoba gratis, juga ada versi yang memang gratis tapi harus beli ini itu agar dapat bersaing. Game online sangatlah berbeda, karena ribuan orang dari berbagai penjuru dunia memainkannya dan berinteraksi tanpa memikirkan batasan jarak.

Mendapat teman - teman baru di dunia game online adalah hal yang luar biasa.


Karena kebanyakan game online adalah untuk bersaing atau mengalahkan pemain lainnya dan harus juga memiliki item - item penunjang dimana kita harus membelinya. Pendapatan pengembang dari game berbasis online bisa dikatakan lebih menjanjikan daripada game offline atau single player. Karena game online itu berjangka panjang dan tidak memerlukan resource yang banyak untuk membuat konten baru.

Sudah menjadi kewajaran apabila kita sebagai pelanggan, komplain dengan layanan mereka. Terutama dalam hal Fair Play, banyak celah atau bug yang bisa di exploit oleh orang - orang curang agar lebih superior dibandngkan pemain lainnya. Nah, pengembang yang mengedepankan sikap Fair atau Justice inilah yang bisa bertahan lama.

Seperti : Warcraft online, Lotr Online, Runescape, dsb.

Sejujurnya, kalau tidak ada bug yang bisa di exploitasi oleh orang - orang jahat. Game online bisa jadi sarana relaksasi dan tetap bersosialisasi setelah penat menjalani kehidupan dunia nyata. Kebebasan dalam berekspresi yang ada dalam komunitas para gamer online mungkin tidak dapat ditemukan di dunia nyata. Oleh karena itu tak jarang juga gamer menemukan teman di game online yang jauh lebih dekat daripada di lingkungan sekitarnya.

Kenapa mereka bisa bertahan? bahkan sejak tahun 2005.


Mereka selalu mendengar para pelanggan mereka yang kecewa dan marah atas produknya agar diperbaiki. Karena pelanggan membayar, sumpah serapah dan kata - kata tak enak pun di lontarkan kepada pengembang.

Apa yang dilakukan pengembang?


Mereka terima laporan bug dan potensi eksploitasi lainnya, yang tak jarang ditambahi kata - kata kasar, dan bahkan berterima kasih sudah memberitahukannya. Kritikan - kritikan tersebut yang kemudian diperbaiki membuat produknya semakin berkualitas dan konsep Fair Play dapat berjalan. Berbeda, jika mereka hanya fokus pada konten update dan membiarkan bug. Akan banyak pemain yang berhenti memainkannya.

Jadi konten update sebenarnya tidak penting.


Suatu anggapan yang salah bila itu kesimpulannya. Dengan interaksi antar banyak manusia tersebut, suatu event atau konten akan membuat gamenya semakin menarik dan menghilangkan rasa bosan yang ada. Tapi itu hanya 20% dari tingkat kepuasan pemain terhadap gamenya. Apabila bug - bug yang sudah dilaporkan tidak diperbaiki dan menyebabkan tidak terciptanya Fair Play juga tidak membuat nyaman dalam bermain. Mau konten paling spektakuler dalam dunia akan dirilis, pemain tak akan percaya lagi terhadap pengembang yang tidak mendengarkan keluhan dan kritikan mereka.

Dalam era digital ini, kehancuran brand akan berdampak pada produk di masa depan. Orang bisa saja mengganti nama perusahaan, tapi tidak dengan track record yang ada dibalik perusahaan tersebut. Sebut saja, EA Games. Setelah tidak bisa menepati janji tentang pengembangan game Command & Conquer 2. Para pemain RTS tak lagi peduli dengan apa yang mereka akan kembangkan, dan memandang secara skeptis, termasuk saya.

Ada lagi yang bisa dibilang kebalikan dari kasus EA. Marco adalah salah seorang developer dibalik perusahaan game Paradox Interaktive. Jejak profesionalitas Marco bisa saya katakan sangat baik, sebelum di Paradox, Marco mengabdikan diri di perusahaan Mindark Inc. Perusahaan tersebut berhasil mengikat hati pelanggannya, dengan selalu berinteraksi dan meminta feedback terhadap konten yang sudah dan akan dibuat (peran Marco). Alhasil, Mindark dengan gamenya diserbu oleh para pemain baru. Namun, pada tahun 2011. Marco meninggalkan Mindark dan mulailah penurunan pesat karena Mindark bertingkah seperti EA.

Paradox Interactive memiliki potensi pengembangan game yang unik. Dan direkrutnya Marco membuat komplit sudah, Paradox Interactive berhasil membuat hati pelanggannya senang dan bahkan banyak pemain baru mulai memainkan produk - produk mereka.

Nah, ibarat game online adalah negeri kita tercinta Indonesia Raya. Dimana bapak pendiri bangsa kita, ingin bahwa negara ini langgeng selama - lamanya dengan prinsip keadilan. Bukan malah Gali Lobang Tutup Lobang, ga ada penyelesaiannya. Apa kuncinya bisa langgeng?

Berusaha agar rakyat puas seperti halnya mereka memuaskan para pemain game.


Dengan apa? menerima kritik kami dan selesaikan masalah tersebut. Sebelum ada lanjutan "kritik mulu ga kasih solusi". Saya gunakan analogi pelanggan game online untuk membahasnya, bukan berarti yang kritik dan melaporkan bug tersebut adalah pemain yang ingin gamenya hancur, justru sebaliknya, kami ingin game online tersebut dapat awet dan prinsip keadilan didapat atau yang disebut Fair Play. Para pemain juga tidak selalu mengkritik, justru malah banyak berkhayal (mempunyai ide). "Gimana supaya game ini lebih menarik?" itulah yang biasanya ada disetiap para pemain. Oleh karenanya dalam pusat pengaduan, seringkali kami utarakan ingin ini ingin itu.

Apa jawaban mereka dengan pengaduan tersebut?


Terima kasih atas dukungan pelaporan bug (kesalahan) yang ada pada sistem kami, dan departement yang bersangkutan akan segera memperbaikinya. Terima kasih atas saran yang telah disampaikan.

Penuh kesopanan mereka menerima ide dan terkadang murka kami, kemudian ditindaklanjuti dengan perbaikan sistem dan pembuatan konten baru. 
Seperti itu pula rakyat yang membayar supaya hak - hak mereka didapatkan, dan sekali lagi. Kritikan kami tak berarti bahwa itu menunjukan kebencian, tetapi karena memang ada yang salah (dalam pandangan masing - masing). Sehingga alangkah baiknya jika yang dikritik (perusahaan atau pemerintah) memberi keterangan dan menerimanya sebagai bahan evaluasi, bukan malah membenci kami.

Siapa lagi kami akan percayakan hak kami kalo bukan ke pemerintah sebagai hakim penengah diantara kehidupan kami yang majemuk. Ataukah engkau membiarkan kami menjadi hakimnya? Kami mengeluh bukan karna kami benci, tetapi karena kami cinta akan perubahan yang lebih baik. Jikalau memang keluhan dan ide kami tak realistis maka tengahilah dan jangan dihardik.

Jikalau masih sayang dengan kursi nyaman kekuasaan, maka tegakan keadilan. Atau akan ditinggalkan oleh yang kau panggil rakyat. Apalah guna raja tanpa rakyat.

0 Komentar:

Posting Komentar