kritik indonesia
NUSANTARA PALAPA
“Yu,
kamu sudah tahu sejarah majapahit?” kakek memanggilku untuk sekedar menjadi
pendengar yang baik dan berlagak perhatian.
Bagaimanapun
juga dia adalah kakekku, aku sudah sangat banyak mendengar ceritanya dan selalu
sama cerita tentang masa perjuangannya dulu saat menjadi buron oleh pemerintah
Indonesia, karena dituduh menjadi anggota pki. Maklum, kami dari keturunan
cina, walaupun sebenarnya kata kakekku dia bukan anggota dari salah satu parpol
terbesar itu pada masanya.
Tapi untuk saat ini aku cukup
penasaran dengan sepenggal kata majapahit. Salah satu kerajaan yang mendunia
pada masanya dan itu berada di wilayah yang saat ini Indonesia.
“hahahaha” kakek tertawa.
Aku bingung dengan tingkahnya mungkin karena
sudah ketuaan sehingga cukup banyak hal yang bisa membuatnya tertawa.
“kenapa kek? Kok tertawa?”
“biasanya kan kamu selalu cemberut bila aku
panggil, kali ini aku melihat wajah yang begitu penasaran, mungkin dari cerita
yang biasa kakek ceritakan kamu memasang muka cemberut karena iri pada kakek
yang pada saat dulu begitu tangkas dalam menghadapi hidup yang sulit” dia
tertawa.
Sebenarnya
kakek salah tanggap, tapi tak apalah demi membahagiakan laki-laki tua ini aku
ikut tertawa. “ayo kek cepat cerita”aku mencoba menyelanya untuk memulai
cerita.
“dasar anak muda, tidak ada sopan santunnya”
Kakek mencoba
cerita saat terjadinya prahara diantara bumi jawa sampai ke tanah vietkong.
“Wahai tuanku
yang agung, engaku pangeran hayam wuruk, perkenankan hamba untuk menjabarkan
apa-apa yang telah hamba terima dari pertapaan hamba, bolehkah hamba
menggambarkanya untuk tuan?” Gajah Mada dengan penuh harapan menghadap rajanya.
“Bagaimana
mungkin aku menolak dari panglima terbaiku, silahkan tunjukanlah apa-apa yang
telah kamu ketahui” Hayam Wuruk beranjak memeluk gajah mada.
“Hamba telah
melihat bahwa samudera kita yang luas tak
ada ikatan dengan alam raya ini,
hamba melihat bahwa kerajaan kita mampu untuk membuat ikatan samudera sebagai
jalan untuk menyentuh hati dan pikiran dari orang-orang yang belum tahu akan
sang hyang agung (Tuhan). Dan selanjutnya kupurakan kintha tak akan lagi
menjadi batas akhir bumi ini.” Gajah
mada dengan perawakan tubuh yang gagah menjelaskan sambil memegang kerisnya,
untuk menunjukan tekad dan usahnya yang besar.
Hayam
Wuruk terdiam sejenak, banyak hal yang harus dipikir matang-matang. Hal yang
paling penting adalah mengenai biaya perang yang sering kali sangat lah banyak.
Namun, pada saat itu majapahit adalah negeri yang kaya dan makmur. Dengan kemantapan
yang ditunjukan oleh Hayam Wuruk “Berangkatlah engkau panglimaku, apabila benar
apa-apa yang telah kau sebutkan itu akan menghapus batas dari kepurakan kintha,
maka aku akan merasa bersalah bila melarang mu”
Gajah Mada sangat senang dengan
kabar yang ia terima langsung dari rajanya, tak menunggu waktu lama, dia mohon
pamit dan beranjak dari ruangan utama istana. Berjalan dengan mantap, satu
langkah demi langkah menunjukan bahwa panglima yang satu ini, memiliki wibawa
dan aura kepemimpinan yang besar, selain itu juga sangat mengerti dengan tata sosial
yang berada di masyarkat saat itu. Namun, dia memiliki ambisi yang besar, yaitu
menghilangkan kepurakan kintha menjadi batasan yang lebih luas yang dinamakan
Nusantara. Demi mewujudkan ambisinya, dia melakukan puasa mutih atau puasa yang
dilakukan hanya dengan menyantap nasi dan air putih, sangat jelas bahwa
tindakan dari jenderal besar ini membangkitkan moral dari pasukannya.
“kalian, adalah para kesatria
yang berada dibawah naungan dari raja agung kita, dengan semua yang kita miliki
batas, diluar kintha akan melihat macan swasopa yang tak ada bandingannya, dan
akan memohon untuk diampuni dalam naungan sang hyang widi, jadi dengan segala
kerelaan dari kalian semua, saya meminta kalian untuk menyebarkan panji-panji
sutashoma. Demi menghilangkan kenestapaan diluar kintha dan menjadikan
nusantara” gajah mada berpidato didepan para elit jendralnya dan perwakilan
pasukan. Seraya seluruh yang hadir meneriakan “Nusantara” tanpa ada keberatan
sedikitpun.
Dengan kekuatan militer dan
pendanaan yang kuat, pasukan dibawah panji bendera Gajah Mada bagaikan harimau
yang siap menerkam mangsa disekitarnya. Namun hal yang lebih penting adalah
moral dari pasukannya yang telah ia bangkitkan dari kekuatan kepemimpinannya
dan dari sumpah palapanya. Setiap langkah dari pasukan besar itu melangkah ,
teriakan dari orang-orang yang terkena dari tebasan pedang dan tancapan busur
panah , memecah dinginnya malam atau panasnya terik matahari. Membuat majapahit
semakin disegani, sampai akhirnya tiba di bumi sumatera. Dan
memporak-porandakan tanah sriwijaya.
“Tuanku batas kintha kita telah menyebar,
berkat dari restu tuanku kami dapat membawa panji sang hyang agung, dan
memantapkan majapahit sebagai dasar batas bumi
yang akan mengatur nusantara. Kami berterima kasih kepada tuanku atas
segala dukungannya, dan berharap bahwa tuanku selalu sehat dan dapat menyambungkan
sang hyang widi kedalam setiap benak dari pasukan tuan” petikan surat dari
Gajah Mada seusai penaklukan sriwijaya ke Hayam Wuruk.
Begitu
mendengar kabar bahwa panglimanya mencapai kemenangan yang gemilang di tanah
sriwijaya (sumatera) hayam wuruk sangatlah senang. Dan melakukan perwujudan
upacara kepada sang hyang widi selama 3 hari 3 malam.
“Dibawah sutasoma kita telah bersatu kedalam
darah majapahit dan semua yang ada di dalamnya adalah tanggung jawab majapahit
untuk melindungi dan mensejahterakan,” petikan pidato kemenangan di dalam bekas
istana majapahit, selang beberapa bulan setelah kemenangan di tanah sriwijaya,
Gajah Mada melanjutkan luasan bataran
kintha majapahit kee tanah melayu dan vietkong, hasilnya pasukan macan swopa
dibawah Gajah Mada mencapai kemenangan yang gemilang.
Dengan
tandu besar dan iring-iringan khas kerajaan majapahit, gajah mada memasuki
alun-alun istana kerajaan di nowulan, majapahit. Disana sudah dipersiapkan
sambutan yang sangat merriah oleh hayam wuruk untuk panglima terbaiknya.
“Selamat datang
kembali kesatriaku, ini rumahmu, engaku telah melaksanakan janjimu untuk
membuka batasan purakan kintha kerajaan ini, pastinya kau kelelahan, mari aku
antar ke ruangan mu.” Hayam wuruk
menyambut gajah mada dengan senyum paling lebar seumur hidupnya dan memeluk
kesatrianya sangat erat.
“Maaf tuanku, hamba boleh meminta untuk
memberikan pengarahan bagi sekitar?”. Gajah mada merendahkan kakinya dan tangan
nya dengan sungkem khas jawa. “Engkau tak lelah? Baiklah jika itu tak
mengganggumu?” jawab Hayam Wuruk.
“Para penduduk
nowulan, kita telah memperluas bataran kintha sampai menjadi nusantara, ada
pesan yang ingin aku sampaikan mengenai perjalananku melewati batas luar kintha
kita. Aku telah melihat tangisan dari para ibu yang menjadi janda, dan dari
anak yang menjadi lunthang-lanthung (yatim-piatu). Aku ingin kalian menjaga
nusantara agar tetap utuh dan tetram,
tanpa ada tangisan dan jeritan lagi dari pertempuran, aku ingin yang disini
menjaga yang ada di sriwijaya, maupun sebaliknya. Kita adalah nusantara, jangan
biarkan keserakahan satu orang menghancurkan satu kerajaan. Ini pesan terakhirku
sebelum aku mangkat” semua yang hadir dalam upacara penyambutayang hadir dalam
upacara penyambutan tersebutn tersebut bingung mendengar kata-kaata dari sang
pangima bahkan termasuk hayam wuruk, setelah kemenangan yang besar, kenapa sang
panglima malah ingin berhenti menikmati kesuksesanya.
“Baginda, sang
kesatria telah pergi meninggalkan apa-apa kehidupan duniawi, beliau menebus
dosa dari darah dan tangisan dengan mendekatkan diri kepada sang hyang widi,
mohon baginda merestui dan mendoakanya” Tura Pantalar melaporkan apa yang telah
ia lihat di kali sendu wiwingan sebulan kemudian. Ketika gajah mada
mengasingkan diri dari dunia.
“Nah gitu Bayu,
majapahit adalah leluhur kita, seharusnya kita bisa mewarisi apa yang telah
dicontohkan majapahit” kakek ketawa, dengan kedua matanya yang sipit menjadi
terlihat seperti tertutup (merrem) dan lipatan kulitnya yang semakin mengeriput
terangkat ke atas.
“Tapi kek, kok
aku lihat sekarang malah sebaliknya?” aku bingung dengan sikap kakek yang
terlalu aneh.
Dengan santai kakek menjawab “Majapahit runtuh
karena sikap orang-orang di atas pemerintahan, sama seperti sikap orang-orang
sekarang saat ini” kakek langsung meyuruhku keluar, karena dia ada kegiatan
yang sangat penting yaitu tidur siang.
Belum
puas dengan jawaban kakek, aku mencari litertur tentang majapahit, hasilnya
majapahit runtuh pada raja generasi ke-7 setelah hayam wuruk wafat. Dikarenakan
oleh perebutan kekuasaan antara keluarga hak waris tahta, dan korupsi diantara
para petinggi dan perwakilan kerajaan, sehingga sangat mudah dihasut oleh pihak
asing. Hampir sama dengan kondisi nusantara majapahit dengan kondisi nusantara
indonesia saat ini.