Sudah satu tahun yang lalu semenjak saya mendapatkan
pelajaran dan kenangan yang tak mungkin bias saya lupakan. Masa itu adalah masa
paling sulit dalam sepanjang hidup, tapi bukanlah masa paling kelam. Sekitar
dua bulanan, dari Januari sampai Februari tahun lalu. Setiap harinya saya
berjuang hidup dengan pendapatan sekitar lima ribu rupiah saja.
Pastilah perut kenyang jika setiap hari saya punya lima ribu
rupiah di kala itu. Masalahnya, tak setiap hari saya memegang uang, dan
terjadilah suatu momen yang tidak biasa dalam hidup saya, yakni empat hari tidak
makan dan hanya bergantung pada minuman air galon di masjid terdekat. Sebelum
kejadian ini pun, tak kalah menyedihkan pula. Kalau tidak salah sekitar empat
hari sebelumnya saya masih memiliki makanan tiga bungkus mie instant, yang kala
itu saya makan setengah dari isi bungkus perharinya dan adapula yang saya makan
langsung isi satu bungkus perharinya karena cobaan lapar yang luar biasa.
Setelah itu habis, seperti yang sudah saya beritahukan diatas, saya tidak makan
empat hari.
Situasi sulit itu diperparah dengan handpone saya yang
rusak, sehingga tidak bias memberi kabar pada sanak saudara. Saya pun tak
berani untuk meminjam uang pada tetangga kos yang tidak kukenal, takut bahwa
saya tak bisa membayarnya dengan keadaan seperti ini. Hari – hari saya isi
dengan menulis dan mencari pekerjaan dari situs yang mempertemukan penawar dan
pemberi jasa secara online. Sayangnya, pada hari – hari itu tidak ada tawaranku
dalam menawarkan jasa yang di ambil oleh para penawar. Tapi bukan berarti saya
tidak melakukan apapun, saya isi dengan menulis walau fikiran dan raga ini
sudah agak kehilangan kewarasan.
Apa yang bisa membuat saya tegar dan tak nekat untuk melakukan
tindakan negatif?
Saya masih memiliki harapan dan kepercayaan, kutanamkan
dalam hati, “Allah Maha Bijaksana dan Maha Adil.” Dengan kepercayaan itu,
justru saya merasakan kekuatan hati yang belum pernah saya rasakan sebelum dan
sesudahnya sampai saat ini. Pada saat itu, setidaknya saya masih memiliki
harapan pada beberapa karya – karya tulisan saya pada blog ini yang saya
ikutkan dalam kompetisi lomba blog, termasuk lomba blog dari Dompet Dhuafa, rekam jejak masih ada di blog ini. ๐
Satu per satu hasil lomba diumumkan, semua terlewat tidak
ada yang berhasil saya menangkan termasuk lomba blog yang diadakan oleh Dompet Dhuafa. Sadar
diri akan hal tersebut, dan setelah melihat banyak dari artikel para pemenang,
memang kualitas tulisan saya belum patut untuk memperoleh kemenangan.
Pas hari keempat, setelah tidak memakan apapun. Hal tidak
terduga dan suatu kabar gembira menghampiri. Saat saya buka Instagram menggunakan
laptop mini saya, ada notif yang nge – tag akun saya. Setelah saya buka,
ternyata admin menge – tag akun saya karena berhasil menjadi juara ketiga dalam
perlombaan blog yang mereka adakan. Yang membuat momen itu terasa sangat
istimewa lagi adalah, karya yang saya ikutkan lomba itu dibuat pada saat saya
berjuang hidup dengan hanya setengah isi bungkus mie instant sebagai penunjangnya. Ini sungguh suatu
keajaiban juga, karena pada hari itu pas hari Jumรกt saya mengadu tersedu – sedu
kepada Allah SWT supaya cobaan ini diangkat karena raga dan jiwa sudah tidak
kuat. Alhamdulillah akhirnya terkabulkan dan cepat prosesnya.
Memang hadiahnya tidak seberapa dan juga proses pengambilannya harus tujuh hari setelah pengumuman. Alamak, bisa mati saya nunggu segitu
lama. Akhirnya dengan terpaksa saya coba menghubungi kawan melalui facebook,
karena ada jaminan saya akan mendapat uang setelah tujuh hari, saya meminjam
uang kepada kawan itu yang tak perlu kusebutkan nominalnya tapi cukup untuk
hidup tujuh hari dengan itensitas makan satu hari sekali. Luar biasanya setelah
lama tak berhubungan, beliau sangat welcome
dan bahkan menawarkan pinjaman lebih dari apa yang saya minta. Namun,
karena takut tidak bisa membayarnya, saya tidak mengambil tawarannya dan hanya
ambil pada apa yang saya minta. Satu lagi kebaikan dari Allah SWT yang tidak
ada satu manusia pun bisa menandinginya, yakni membolak – balikan suasana hati
manusia.
Cukup sampai disini ya kisah sedih berdasarkan kisah nyata
yang pernah saya alami. Sebenarnya masih ada lanjutannya, tapi saya kira akan
saya kembangkan menjadi sebuah cerita panjang nantinya dengan genre fiksi saja,
semoga bisa terealisasikan dan ada manfaatnya bagi khalayak.
Arti berbagi bagi saya?
Setelah mengalami situasi – situasi itu, jikalau saya tidak
membagikan sebagian dari hasil yang telah saya usahakan. Sudah pasti saya
sangat malu pada Yang Maha Pemberi, yang telah menyelamatkan saya dari berbagai
kesusahan hidup di dunia. Saya juga memiliki anggapan bahwa bila kita berbagi
dengan apapun tak musti materil, bisa jadi apa yang telah kita beri walau tak
seberapa telah membantu menyelamatkan nyawa seseorang.
Oh iya, bukan bermaksud apa – apa. Setelah hadiah uang dari
juara tiga lomba blog yang nominalnya tidak besar itu, saya sisihkan pula hak
bagi mereka yang lebih membutuhkan pada saat itu. Dalam hati, “Lepaskanlah,
berikanlah, karena itu bukan lah milikmu melainkan titipan dari Yang Maha
Punya. Jangan jadi munafik, kemarin saat susah menangis tersedu – sedu, dan
kini ada nikmat maka semua itu sirna tak berbekas, jadilah tangan perantara
untuk mengusap air mata mereka yang pernah kau rasakan.”
Saya masih
mengehembuskan nafas sampai saat ini dan Alhamdulillah sehat wal afiat adalah
berkat karena rahmat Allah dan secara langsung berkat mereka, orang – orang yang
mau berbagi dan peduli dengan yang membutuhkan. Seperti teman – teman saya yang
memberi pinjaman tanpa ada batas waktu pengembalian dan beberapa bahkan tidak
ingin dikembalikan. Serta beberapa pihak yang membuka kesempatan untuk orang –
orang berkarya dan mengapresiasinya dengan sikap jujur.
Lambat laun doa – doaku mulai terkabulkan secara nyata di
dunia ini. Mulai membaiknya segi finansial dan kesehatan, dan sebagainya.
Akhirnya sampai dipertemukan dengan teman – teman kampus yang lama tak
berhubungan dalam sebuah momen yang membahagiakan. Yaitu adanya kegiatan
berbagi atau sedekah pada bulan Ramadhan.
Paket sembako dan pakaian siap dibagikan |
Pengecekan isi paket |
Paket dibagikan dan terlihat wajah senang dari bapaknya |
Saya tahu persis tentang perasan yang ada pada bapak tersebut setelah mendapatkan rezeki yang tak diduga - duga. Terlebih lagi beliau tidak menurunkan marwah harga dirinya dengan meminta - minta kepada makhluk Allah dan tetap berjualan mainan anak - anak demi menyambung hidup.
Fakta yang membuat saya terkejut adalah adanya penolakan dari satu atau dua orang yang akan kami beri paket tersebut. Dikarenakan mereka telah mendapat banyak sekali bantuan dari orang - orang sekitar, inilah berkah Ramadhan, banyak sekali orang - orang berlomba dalam menebar kebaikan, Subhannallah.
Namun menyikapi fakta tersebut, menurut hemat saya malah berkesan mubadzir. Ada baiknya jika dirasa ada banyak orang yang berbagi makanan, khususnya di bulan Ramadhan maka kita sikapi dengan memberi sesuatu yang lebih bermanfaat, misal : pakaian, selimut, atau bisa juga uang langsung. Bisa juga melakukan donasi ke berbagai tempat yang memang mengurusi bidang kemanusiaan, seperti Dompet Dhuafa, BMT yang sudah ada dimana - mana, Dinsos, dan sebagainya. Supaya manfaatnya lebih dirasakan oleh khalayak luas.
Semoga apa yang saya ceritakan kali ini bisa bermanfaat bagi pembaca dalam menyikapi hiruk pikuk kehidupan dunia ini. Berbagi itu tidak membuatmu miskin, seperti apa yang telah disabdakan Nabi Muhammad SAW. Malahan hati kita akan makin kaya, maka dari itu jangan takut untuk berbagi.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”