[19
Desember 2013 ; 00:01] (Arfan)
Selamat ulang tahun :)
[19
Desember 2013 ; 05:13] (Dewi)
Makasih mas :)
[19
Desember 2014 ; 00:15] (Arfan)
Selamat ulang tahun :)
[19
Desember 2014 ; 06:45] (Dewi)
Terima kasih Mas :)
[19
Desember 2014 ; 09:33] (Arfan)
Sama-sama :)
[19
Desember 2014 ; 09:45] (Dewi)
Bisa minta pin BBM mas?
[16
Agustus 2015 ; 15:55] (Arfan)
Maaf, aku masih belum bisa melupakanmu sepenuhnya.
[16
Agusus 2015 ; 17:03] (Dewi)
Terima kasih :)
[18
Agustus 2015 ; 03:25] (Arfan)
Ini memang sedikit absurd, tapi bisa kah kita
bertemu? Aku ingin berjumpa denganmu.
[18
Agustus 2015 ; 17:44] (Arfan)
Aku janji jika kita bertemu, ini akan menjadi
pertemuan terakhir kita. Setelahnya aku tak akan pernah menghubungimu lagi dan
akan menghapus semua contact mu dari handphoneku.
[25
Maret 2017 ; 20:19] (Arfan)
DEWI PUTRI EMBUN
Kita saling menyepakati perpisahan diantara kita
melalui sebuah pesan singkat yang dikirimkan melalui sinyal elektronik tak
kasat mata dan kita membacanya melalui layar kecil handphone kita waktu itu.
Aku tak pernah tau ekspresi yang kau buat dari balik layar LCD itu, namun yang
jelas kau pasti paham ekspresi apa yang terjadi di wajahku kala itu.
Semenjak itu ada sebuah sungai yang kita kenal
dengan nama jarak mengalir diantara kita berdua. Aku memandangmu dari sisi ini,
dan aku tak pernah melihatmu memandangku dari sisi lain. Saat itu umurku 17,
bagaimana bisa aku sadari bahwa sungai diantara kita serupa sungai Arno yang
membentang di Firenze sambil memisahkan kisah antara Aurel dan Floria
selamanya?
Kita tidak saling berjumpa lagi setelah saat itu,
bahkan hingga kini.
Dan saat ini aku sedang mencari kenangan-kenangan
akan detail kisah antara kita dalam batas waktu yang singkat itu. Memorabilia
yang ingin aku susun berdasarkan puzzle ingatan tentang bahagia, haru, tawa,
waktu bersamamu. Tapi aku selalu gagal menyusunnya untuk kali kesekian.
Semalam aku coba merenung sebelum tidurku dengan
sebuah buku karya Borges di tanganku dan mereka-reka makna sejati terkait
perpisahan. Seandainya benar kata Borges jikalau ucapan selamat tinggal adalah
sebuah penyangkalan mengenai perpisahan, maka pesan perpisahanmu masih akan
menjadi sebuah harapan bahwa kita saling menyangkal perpisahan kita. Mungkin
agak sedikit klise jika mengharap surealisme pemikiran Borges teradaptasi dalam
kehidupan kita berdua, namun pengharapan bukan lah tindak kriminal. Akhirnya
aku habis kan malam hanya memikirkan terkait beribu alasan untuk segera
melupakanmu dan beribu alasan lain untuk bertemu denganmu. Namun semua sia-sia
nampaknya dan aku jatuh tidur malam itu.
Waktu akan menyembuhkan, tapi di lain sisi
memberikan luka. Waktu juga akan membentuk dan merubah semua hal. Kita berubah
memang, namun sejatinya tetaplah sama. Seperti aku yang sekali lagi masih
mengharap kembali bertemu. Namun jika waktu itu datang akan kah aku menjadi
Arfan yang sama dan kau Dewi yang sama?
[26
Maret 2017 ; 07:36] (Dewi)
:’(
[1
April 2017 ; 09:58] (Dewi)
Mas, undangan sudah sampai kan? Aku ingin kamu
datang besok pada resepsiku.
Bagian
dua
[25
April 2017 ; 13:12] (Arfan)
Selamat atas pernikahanmu. Semoga samawa.
[27
April 2017 ; 09;19] (Dewi)
Maaf mas baru bisa balas. Terima kasih doanya.
Semoga Mas juga segera menemukan jodohmu mas.
[27
April 2017 ; 10:10] (Arfan)
Hahaha kau lucu. Tapi terima kasih atas doanya,
sayang saja aku sudah memutuskan untuk tidak menikah.
[27
April 2017 ; 11:09] (Dewi)
Mas! Jangan gitu dong!
[1
Mei 2017 ; 00:56] (Arfan)
mencintaimu itu berarti;
mampu melihatmu tertawa
ada saat kau bersedih
juga menikmati setiap waktu berdua
dan menerimamu dengan segala keyakinan
mencintaimu juga berarti;
mampu melihatmu tertawa
tidak lagi disampingmu ketika kau bersedih
tak pernah lagi punya waktu berdua denganmu
dan belajar melepasmu dengan segala kesadaran
dan mencintaimu bisa berarti;
menanggis melihatmu tertawa
berbahagia saat kau sedih dan mungkin akan bercerai
dari suamimu
memiliki sedikit waktu untuk berdoa suamimu tidak
perkasa di kasur
dan membencimu dengan tanpa alasan
[1
Mei 2017 ; 02:03] (Arfan)
menurutku menjadi dewasa itu;
memiliki hati seluas samudera
dan memiliki sabar seperti Rinjani
seperti melihatmu menikah dengan lelaki lain
dan bersabar menantimu kembali sendiri
atau mendoakan agar pernikahanmu gagal
dan menantimu memintaku datang kembali
mungkin juga berharap suamimu impoten
dan memaksamu untuk mengajakku menikahimu
namun menjadi dewasa sebenarnya;
menerima dengan tulus kepergianmu
sambil menghujat nasib sialku tiap hari
[1
Mei 2017 ; 03:11] (Arfan)
ini yang mungkin akan terjadi padaku nanti;
tidak akan menikahi siapa pun, melakukan
onani seminggu sekali, dan menyantap makan
malam selalu sendiri, kemudian berakhir mati
sementara kau akan memasak di dapur,
mengurus bayi-bayimu, menanti kepulangan
suamimu, dan memberikan jatah di atas kasur
lalu kuburku hanya akan dikunjungi sahabatku
(itu pun jika mereka mau) dan kuburmu akan
ditangisi keturunanmu
[1
Mei 2017 ; 09:10] (Dewi)
Mas, kamu nggak apa-apa kan?
[1
Mei 2017 ; 21:19] (Dewi)
Mas, kamu kenapa? Bales cepat!
[2
Mei 2017 ; 10:14] (Arfan)
Kemarin aku cuma habis nyimeng, dan nulis banyak
puisi buat kamu. Akhirnya aku tidur seharian dan bangun pagi ini akhirnya aku
sadar tentang suatu hal.
[2
Mei 2017 ; 11:09] (Dewi)
Berhentilah mengkonsumsi begituan, mas.
[2
Mei 2017 ; 11:10] (Dewi)
Kamu sadar tentang apa memangnya mas?
[2
Mei 2017 ; 11:30] (Arfan)
Aku akhirnya sadar kita memang tidak akan pernah
bisa bersama. Kau tertalu agamis dan religius buatku, dan aku tertalu absurd
buat kedua orang tuamu.
[2
Mei 2017 ; 11:45] (Dewi)
Mas! Sudahlah.
[10
Mei 2017 ; 03:12] (Arfan)
Aku tidak akan mengirimmu puisi kali ini. Tapi aku
memutar ulang lagu Radiohead favortiku saat kita bersama dulu. Kau pasti ingat
lagu berjudul True Love Waits, aku memutarnya sebanyak 2309 kali semalam
mungkin. Aku hanya ingin mengutip liriknya dan membiarkanmu membacanya. “and
I’m not living, I’m just killing time. Your tiny hand, your crazy kitten
smile.”
[10
Mei 2017 ; 03:13] (Arfan)
Oh iya, selamat juga dengan kabar kehamilanmu.
Semoga semuanya lancar bagi kalian.
“And true love waits in haunted attics. And true
love lives on lollipops and crisps.” –Thom Yorke
[12
Mei 2017 ; 10:47] (Dewi)
Mas, sudahlah. Aku sudah milik orang. Jangan lagi
bikin puisi tentangku dan mengharapkanku cerai dari suamiku!
[12
Mei 2017 ; 13:22] (Dewi)
Kemarin suamiku melihat puisi-puisi kirimanmu. Dia
menuntut penjelasan dan aku dengan sadar memutuskan untuk memblokir nomormu.
Maaf kan aku mas, tapi bagiku ini yang terbaik bagi kita. Aku hanya ingin
memberitahukan semua ini padamu.
[12
Mei 2017 ; 13:23] (Arfan)
:’)
Cerita oleh : Faisal Fahmi
ceritanya keren mas.. sangat terhibur dengan pesannya
BalasHapus