Utusan dari Gereja Vatican telah sampai di istana menara
kembar. Dia adalah Jose Lopez beserta rombongan perjalan yang menakjubkan. Rombongan
tersebut di kawal oleh Pasukan Suci. Rakyat Lisbon tidak pernah sekalipun
melihat Pasukan Suci secara langsung, mereka hanya tahu keagunganya dari buku
dan cerita – cerita di biara setempa. Pasukan tersebut nyatanya sangat gagah
dan indah daripada yang pernah mereka bayangkan dengan memakai baju besi dan
tombak Seridan terbuat dari besi Maeda yang langka dan ditempa khusus di
Vacrinus dengan teknik unik nan rumit. Pasukan inilah yang telah berhasil
mempertahankan kota Konstatinopel dari bringasnya bangsa timur selama berabad -
abad.
Rakyat terheran dengan apa yang sedang terjadi. Tidak ada
pengumuman dari Raja bahwa rombongan suci dari Gereja Vatican akan datang ke
negeri mereka. Terlebih dengan adanya Pasukan Suci yang ikut serta mengawal
rombongan tersebut, tentu apa yang dibawa oleh rombongan tersebut bukanlah hal
yang biasa saja seperti kegiatan tahunan gereja utama dalam menunjukan
eksistensi mereka.
Mendengar kabar bahwa rombongan suci Jose Lopez hampir memasuki
kota, Raja Forizo yang sebelumnya gelisah mengkhawatirkan nasib dari Jose Lopez
sudah tampak tenang dan lega setelah kabar itu sampai kepadanya. Memang kabar
bahwa ada rombongan Pasukan Suci yang telah melewati beberapa kota telah
terdengar olehnya. Namun karena dia tidak menyebarkan berita bahwa akan ada
rombongan dari Gereja Vatican akan ke kerajaannya, banyak orang termasuk dia
yang menganggap bahwa itu hanyalah bualan cerita dari pengembara yang
mabuk.
Dia langsung bergegas memerintahkan pasukanya untuk menyambut
kehadiran Jose Lopes sesuai rencana. Dia tidak merahasiakan rencana kedatangan
utusan dari Gereja Vatican itu kepada jajaran panglima dan orang – orang terpercayanya,
karena menganggap mereka sangat loyal dan tidak akan membocorkan kabar tersebut.
Rombongan Jose Lopes
memasuki gerbang kota, sorak sorai dari rakyat yang menyambut dan lonceng Gereja
yang dibunyikan menambah keramaian.Nampak Jose Lopes menaiki kuda putih Aragon
yang bersih, dia melambaikan tangan kepada rakyat yang menyambut. Semakin jelas
wujud Istana Menara Kembar yang terletak di atas tebing Godeon sudut pusat kota
Lisbon, benteng alam yang serasa seperti ijin dewa Seleon untuk rakyat vovogis
menjadi penguasa barat.
Raja Forizon yang sangat mengharapkan kedatangan Jose Lopes
sudah menunggu di Aula Hernsttak. Gerbang istana terbuka suara terompet dan
drum penyambutan untuk tamu agung sudah berbunyi, lonceng – lonceng Gereja-pun
tak mau kalah sahut menyahut berbunyi merdu. Jose Lopez sudah tiba di istana
kembar beserta pasukan suci yang terlihat bercahaya indah karena baju besi yang
berlapis emas terkena sinar matahari serasa seperti sinar anak tuhan yang
selamat dari amarah raja gothrum langsung dari surga dan direstui selepton.
“Raja sudah menunggu
kehadiran tuanku dan bersyukur Dewa Selepton telah menjaga engkau Jose Lopes
yang suci selamat sampai negeri indah ini” sambut tangan kanan Raja Forizo,
Doalo Zambro.
“Terima kasih atas semua keramah tamahan yang telah kalian
berikan” senyum Lopez. Mereka langsung berjalan menuju Aula Hersnttak dimana
raja yang bahagia telah duduk di singgasananya menanti Jose Lopes.
Prajurit penjaga istana bertekuk lutut menghadap Raja seraya
berkata “Rajaku Jose Lopes telah tiba disini” . Raja tersenyum dan dikibaskan
tangannya menandakan bahwa laporan prajurit itu diterima.
Tak lama kemudian pintu aula dibuka, Jose Lopes dan Doalo Zambro
yang menemani, melangkah menuju Raja sebelum dia dan Doalo melangkahkan kaki
nya lebih jauh ke depan. Raja Forizo berdiri dan berbicara yang mehentikan
langkah kedua orang tersebut. Tak biasa Raja Forizo berbicara lebih dulu kepada
tamu, dia menyambut Jose Lopes dengan lantang dan senyum yang bisa membuat tamu
manapun terasa sangat dihormati oleh tuan rumah.
“Jose Lopes utusan suci. Selamat datang! Kehadiranmu seperti
matahari pagi setelah lamanya musim dingin yang gelap nan dingin. Engkau
membuatku bahagia, aku selalu berdoa kepada tuhan untuk melindungi orang –
orang sucinya. Engkau telah disini, Tuhan memberkati”
“Tuhan memberkati” semua orang kompak mengucapnya.
Jose Lopes sangat terharu dengan ucapan raja tersebut, kemudian
dia melanjutkan langkahnya sampai sisa lima kaki dari singgasana Raja.
“Terima kasih Raja Forizo yang agung, ucapan engkau sungguh
memukau dan kiranya tak pantas di berikan padaku” Lopes membalas sambutan Raja
Forizo. Kemudian Lopez merogoh jubahnya dan mengeluarkan surat bersegel lambang
binatang. Semua yang ada di aula terkejut dengan apa yang ada ditangan Lopez
itu, mata mereka terbelalak ada yang gemetar bahkan Daulo tak bisa berkata apa
– apa.
“Ini wahai tuanku, surat dengan Segel Emas Aurochs” Lopez
memberikan surat dengan segel yang melegenda tersebut kepada Raja. Segel dengan
ukiran wajah Septon Cuvarian dan Septon Hedosomus dengan kepala Banteng Aurochs
di tengahnya dan tanduknya yang menaungi kepala dari kedua Septon suci tersebut
juga tak lupa nama lengkap dari Septon Tertinggi saat ini Uskup Vanius “Skapona
Seneidkohle Severum Seva Dei” adalah lingkaran nama dari segel tersebut.
Raja tersenyum sangat lebar setelah menerima surat tersebut,
segeralah dia akan membuka surat tersebut. Saat dia baru saja melepas pita pada
surat tersebut, Jose Lopes menyela “Maaf Raja saya tidak diperkenankan untuk
melihat isi daripada surat itu, saya hanya diperintahkan untuk mengawalnya dan
mengetahui tanggapan dari anda. Saat ini saya dan teman – teman saya sangat
lelah, bisakah kami meminta izin istirahat di istana ini?”
Raja menhentikan nafsunya untuk membuka surat yang telah dinanti
–natntikannya. Dia berkata dengan senyuman bahagia “Ten tentu Lopez, Daulo
siapkan segala kebutuhan yang diperlukan oleh tamu agung kita”.
“Baik Paduka” jawab danilo.
“Duke Dioto, kabarkan pada semua warga kota untuk tidak panik.
Aku tahu kabar apa yang akan berkembang setelah Pasukan Suci datang ke negeri
kita ini. Sesungguhnya ini adalah kabar baik untuk negeri kita” ujar Raja
Forizo.
Raja meninggalkan aula tanpa membuka surat itu, dia membawanya pergi. Meninggalkan tanda tanya kepada semua yang ada di aula, apakah benar bahwa isi dari surat tersebut sesungguhnya adalah kabar gembira untuk negeri mereka atau malah sebaliknya.
Raja meninggalkan aula tanpa membuka surat itu, dia membawanya pergi. Meninggalkan tanda tanya kepada semua yang ada di aula, apakah benar bahwa isi dari surat tersebut sesungguhnya adalah kabar gembira untuk negeri mereka atau malah sebaliknya.
0 Komentar:
Posting Komentar